Latest Posts
Keamanan Komputer & Jaringan
Diposting oleh
ujang
Makala Komunikasi Persuasif
Diposting oleh
ujang
MAKALAH INTERPESONAL SKILL
“KOMUKASI PERSUASIF”
Iyus
Rosdiansyah D1A.11.0060
SISTEM
INFORMASI
FAKULTAS ILMU
KOMPUTER
UNIVERSITAS
SUBANG
BAB I
PENDAHULUAN
Ø Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu aspek kehidupan
manusia yang paling mendasar, penting, dan kompleks. Kehidupan sehari-hari kita
sangat dipengaruhi oleh komunikasi kita sendiri dengan orang lain, bahkan oleh
pesan yang berasal dari orang yang kita tidak tahu (we can not not
communication).
Karena kekompleksan komunikasi, maka Little
John mengatakan, komunikasi adalah sesuatu yang sulit untuk didefinisikan.
Sementara itu, menurut ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, komunikasi
adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain, agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.
Dalam proses komunikasi, ada lima elemen
dasar yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dengan istilah “Who Says What
in Which Channel to Whom with What Effect”. Kelima elemen dasar tersebut
adalah Who(sumber atau komunikator), Says What (pesan), in
Which Channel (Saluran), to Whom (Penerima), with What Effect
(Efek atau dampak). Lima elemen dasar dari komunikasi yang dikemukakan
oleh Harold Laswell di atas akan bisa membantu para komunikator dalam
menjalankan tugas mulianya.
Berhasil tidaknya suatu komunikasi
tergantung dari kelima elemen dasar tersebut. Bagaimana komunikator bisa
mempengaruhi komunikannya, sehingga bisa bertindak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh komunikator, bahkan bisa merubah sikap dan perilaku dari
komunikan tersebut. Namun, komunikator, pesan, saluran yang bagaimana yang akan
bisa merubah sikap dan perilaku komunikan.
Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif, yaitu
komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikannya, sehingga
bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Menurut K. Andeerson, komunikasi persuasif
didefinisikan sebagai perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah
keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi
beberapa pesan.
Rumusan Masalah
Penulisan dalam makalah ini akan
membahas hal – hal yang berhubungan dengan Komunikasi Persuasif seperti:
1.
Pengertian komunikasi
persuasif.
2.
Prinsip komunikasi persuasif.
3.
Tujuan komunikasi persuasif.
4.
Hambatan dalam komunikasi
persuasif.
5.
Contoh komunikasi persuasif.
BAB II
ISI
Ø Pengertian komunikasi persuasive:
Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif,
yaitu komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikannya,
sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Menurut K. Andeerson, komunikasi
ersuasive didefinisikan sebagai perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan
mengubah keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui
transmisi beberapa pesan. Sedangkan menurut R. Bostrom bahwa komunikasi
persuasif adalah perilaku komunikasi yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau
membentuk respon (sikap atau perilaku) dari penerima.
Komunikasi persuasif ini dapat dipergunakan dalam komunikasi
politik. Yang dikehendaki dalam komunikasi persuasif adalah perubahan perilaku, keyakinan, dan
sikap yang lebih mantap seolah-olah perubahan tersebut bukan atas kehendak
komunikator akan tetapi justru atas kehendak komunikan sendiri. Persuasi yaitu
menggunakan informasi tentang situasi psikologis dan sosiologis serta
kebudayaan dari komunikan, untuk mempengaruhinya, dan mencapai perwujudan dari
apa yang diinginkan oleh message Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar komunikasi kita menjadi persuasif atau bisa mempengaruhi
orang lain.
Pertama, Komunikator.
Komunikator atau sumber adalah orang-orang
yang akan mengkomunikasikan suatu pesan kepada orang lain. Agar komunikasi yang
dilakukan oleh komunikator menjadi persuasif, maka komunikator harus mempunyai
kredibilitas yang tinggi. Yang dimaksud dengan kredibel disini adalah
komunikator yang mempunyai pengetahuan, terutama tentang apa yang
disampaikannya. Misalnya, ketika seorang komunikator menjelaskan kepada
komunikannya, dia harus menguasai apa yang akan disampaikannya. Apalagi pada
saat audience atau komunikan adalah masyarakat yang memiliki pendidikan yang
tinggi.
Komunikasi persuasif dikatakan gagal, ketika
mengikuti sosialisasi pada seminar di suatu perguruan tinggi yang dimana
audiencenya adalah mahasiswa dan masyarakat umum yang mempunyai pendidikan dan
pengalaman yang jauh lebih tinggi dari komunikator. Seandainya pada saat itu
para komunikator yang hadir kurang menguasai program yang dibawa, tentunya
masyarakat tidak akan puas, bahkan mungkin tidak akan berpengaruh pada
perubahan sikap yang diharapkan. Ketidak-kredibelan komunikator juga sering
disampaikan oleh masyarakat sendiri, dengan cara membandingkan antara
fasilitator yang satu dengan fasilitator lainnya. Kemudian trustworthiness (dapat
dipercaya) juga sangat penting bagi komunikator supaya komunikasi yang
dilakukannya menjadi persuasif. Ketika seorang komunikator yang sudah tidak
dipercaya oleh komunikan, apapun yang disampaikannya tidak akan didengar oleh
komunikannya.
Kedua, pesan.
Pesan adalah hal-hal yang disampaikan oleh
pengirim kepada penerima, yang bertujuan agar komunikan melakukan hal-hal yang
disampaikan dalam pesan tersebut.Sama halnya dengan sumber atau komunikator, pesan
juga sangat berpengaruh terhadap persuasif tidaknya komunikasi yang kita
lakukan.
Pesan-pesan yang disampaikan oleh fasilitator harus sederhana dan
mudah dimengerti.Artinya, fasilitator harus menyesuaikan isi pesan yang
disampaikan dengan khalayak sasarannya/masyarakat.Informasi yang diberikan
harus disesuaikan dengan kebudayaan dan kepercayaan kelompok sasaran.Yang
paling mudah kita lihat adalah dari segi bahasa.Ketika masyarakat sasaran kita
adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah, maka bahasa yang
dipakai harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan mereka.
Dalam mengembangkan pesan, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan.Di antaranya, lugas.Artinya, pesan
tidak bertele-tele dan dilakukan pengulangan kata-kata tertentu yang dianggap
perlu.Konsisten, artinya semua pesan harus terkait
dengan tema yang akan disampaikan dan saling mendukung antara satu pesan dengan
pesan lainnya. Nada dan daya tarik, ini berkaitan dengan style
komunikator tadi. Ketika komunikator menyampaikan pesan sedih, tentu
disesuaikan dengan nada suaranya dan lain sebagainya.Bertanggungjawab,
dalam hal ini sumber pesan yang dapat dipercaya akan berpengaruh pada diterima
atau tidaknya pesan yang disampaikan.
Ketiga, saluran.
Saluran adalah media atau sarana yang
digunakan supaya pesan dapat disampaikan oleh sumber kepada si penerima.Supaya
komunikasi bisa persuasif, maka media atau saluran yang digunakan harus
tepat.Saluran atau media harus mempertimbangkan karakteristik kelompok sasaran,
baik budaya, bahasa, kebiasaan, maupun tingkat pendidikan, dan
lain-lain.Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam
mengembangkan pesan yang sesuai. Kalau dihubungkan dengan social mapping,
maka pemetaan budaya sangat berarti disini..
Keempat, penerima.
Penerima adalah orang-orang yang menerima
pesan dari komunikator, yang biasa disebut dengan komunikan.Dalam
berkomunikasi, khalayak sasaran/komunikan juga perlu menjadi perhatian.
Bagaimana karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, maupun
tingkat pendidikan, dan lain-lain, sangat dibutuhkan dalam memformulasikan
pesan yang akan disampaikan. Ketika kita berkomunikasi dengan masyarakat kelas
bawah, maka bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan
masyarakat, jangan sampai kita menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh
masyarakat, seperti transparansi, akuntabilitas, fleksibel,
dan sebagainya.Sederhanakanlah bahasa sesuai dengan pemahaman masyarakat.
Ø Prinsip komunikasi
persuasive:
Ada empat prinsip dasar dalam komunikasi persuasif yang dapat menentukan
efektivitas dan keberhasilan komunikasinya, yakni sebagai berikut.
1. Prinsip Pemaparan yang Selektif ( The
Selective Exposure Principle )
Prinsip ini menyatakan bahwa
pada dasarnya audiens akan mengikuti hukum pemaparan selektif ( the law of
selective exposure ), yang menegaskan bahwa audiens (pendengar) akan secara
aktif mencari informasi yang sesuai dan mendukung opini, keyakinan, nilai,
keputusan dan perilaku mereka, dan sebaliknya audiens akan menolak atau menghindari
informasi-informasi yang berlawanan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai,
dan perilaku mereka.
2. Prinsip Partisipasi Audiens ( The
Audience Participation Principle )
Prinsip ini menyatakan bahwa
daya persuasif suatu komunikasiakan
semakin besar manakala audiens berpartisipasi secara aktif dalam proses komunikasi tersebut. Bentuk partisipasi bisa dalam
berbagai bentuk dan aktivitas, seperti dalam menentukan tema, dalam presentasi,
membuat slogan, dan lain-lain.
3. Prinsip Suntikan ( The Inoculation
Principle )
Audiens telah memiliki pendapat
dan keyakinan tertentu, maka pembicaraan komunikasi persuasif
biasanya dimulai dengan memberi pembenaran dan dukungan atas keyakinan dan
pengetahuan yang dimiliki audiens.
4. Prinsip Perubahan yang Besar ( The
Magnitude of Change Principle)
Prinsip ini menyatakan bahwa
semakin besar, semakin cepat dan semakin penting perubahan yang ingin dicapai,
maka seorang da’i mempunyai tugas dan kerja yang lebih besar, serta komunikasi yang dilakukan membutuhkan perjuangan
yang lebih besar.
Ø Tujuan
komunikasi persuasif.
Tujuan komunikasi persuasif secara bertingkat ada dua
yaitu:
1.
Mengubah
atau menguatkan keyakinan (believe) dan sikap (attitude) audiens, dan
2.
Mendorong
audiens melakukan sesuatu/ memiliki tingkah-laku (behaviour) tertentu yang
diharapkan.
Ø Hambatan komunikasi
persuasif.
Pada umumnya, hambatan komunikasi dapat diselesaikan oleh dua faktor,
yakni faktor mekanistis komunikasi manusia dan faktor psikologis.Selain itu,
hambatan tersebut dapat diselesaikan oleh dogmatisme, stereotipe, dan pengaruh
lingkaran.Kondisi itu pun dapat pula disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dapat berupa persepsi sosial, posisi sosial, dan
proses sosial, sedangkan faktor eksternal dapat disebabkan oleh faktor
penguatan (reinforcement) dan faktor harapan yang diinginkan.
Citra (image) persuader dalam komunikasi persuasif sangat menentukan
dalam mengubah, membentuk dan memperkuat sikap, pendapat dan perilaku sasaran
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.Citra persuader berbanding lurus dengan
kredibilitasnya.
Persuader dalam melakukan komunikasinya, akan dihadapkan pada masalah
sikap, nilai, dan kepercayaan sasaran yang bertentangan.
Sasaran yang dihadapi persuader dalam menerima pesannya tidak semata
menggunakan pikiran yang logis saja.Mereka kadangkala menggunakan perasaan,
keinginan, serta pilihan-pilihannya untuk mengambil keputusan.Mereka
kadang-kadang bersikap apatis atau skeptis.
Ø Contoh komunikasi
persuasive:
Salah satu fenomena yang saat
ini bisa dinikmati sehari-hari adalah merebaknya aktivitas dakwah. Aktivitas
dakwah kini tidak lagi hanya dapat dijumpai di tempat-tempat “konvensional“
seperti, masjid, pesantren, dan majlis taklim, tetapi dapat pula dijumpai di
hotel, rumah sakit, perusahaan, radio, televisi bahkan internet. Namun,
fenomena paradoks pun sering kita jumpai dan tak kalah menyentaknya, seperti
maraknya tindakan kekerasan, kerusuhan sosial, pornoaksi, pornografi, korupsi,
dan sebagainya.
Fenomena ini mengindikasikan
masih teralienasinya dakwah dari realitas sosial masyarakat disekitarnya.
Aktivitas dakwah sebagai proses komunikasi
penyampaian ajaran ideal Islam yang selama ini tidak mempunyai kekuasaan untuk
membawa masyarakat kepada perubahan ke arah yang lebih baik. Ada banyak faktor
yang menjadi penyebabnya, salah satunya karena dakwah yang selama ini dilakukan
cenderung kering, impersonal, dan hanya bersifat informatif belaka, belum
menggunakan teknik-teknik komunikasi yang
efektif.
Situasi ini merupakan cermin
wajah dakwah yang belum berpijak di atas realitas sosial yang ada.Padahal
dakwah dan realitas sosial memiliki hubungan interdependensi yang sangat kuat,
terkait berkelindan. Paling tidak ada dua hal penting yang dapat diungkapkan
dari hubungan tersebut, yaitu:
1.
Realitas sosial merupakan alat ukur keberhasilan dakwah yang sekaligus menjadi
cermin sosial dalam merumuskan agenda dakwah pada tahap berikutnya.
2. Aktivitas dakwah sendiri pada
hakikatnya merupakan pilihan strategis dalam membentuk arah perubahan
masyarakat ke arah yang lebih baik.
Kemampuan membaca realitas
sosial ini merupakan langkah awal yang sangat efektif untuk mengembangkan
dakwah Islam. Sebagai sebuah proses membangun masyarakat yang Islami, dakwah
tentu saja harus berpedoman kepada apa yang telah dituntun dan digariskan oleh
al-Qur’an dan sunnah Rasul. Menurut al-Qur’an, dakwah Islam antara lain harus
dilaksanakan secara hikmah (bijaksana). Hikmah adalah cara tertentu untuk
mengajak dan mempengaruhi orang lain atas dasar pertimbangan sosiologis,
psikologis, dan rasional. Pendekatan hikmah mengharuskan seorang da’i memahami
frame of reference (kerangka pemikiran dan pandangan seseorang) dan field of
experience (ruang lingkup pengalaman) mad’u yang dihadapinya.
Berkaitan dengan pertimbangan
aspek psikologis dan sosiologis ini, maka pendekatan dakwah yang sesuai adalah
pendekatan persuasif. Pendekatan persuasifakan memungkinkan dakwah menjadi tidak
kering dan tidak impersonal karena berpijak dari kondisi mad’u serta
menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik komunikasi
yang efektif. Tujuan dakwah demikian tampak sesuai dengan definisi komunikasipersuasif, yakni adanya perubahan situasi
orang lain.
Perubahan dimaksud bukan hanya
sekadar perubahan yang bersifat sementara, melainkan perubahan yang mendasar
berdasarkan kesadaran dan keyakinan. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasipersuasif adalah proses komunikasi untuk mempengaruhi pendapat, sikap dan
tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut
bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Komunikasi persuasif merupakan bentuk komunikasi yang
mepengaruhi komunikannya sehingga bertindak sesuai dengan apa yang dinginkan
oleh komunikatornya mungkin juga dapat merubah sikap dari komunikannya, namun pesan yang akan disampaikan komunikator kepada
komunikannya harus menjadi hal besar yang perlu di perhatikan karena akan
merubah sikap dan perilaku komunikannya. Hal yang dapat mempengaruhi dalam
komunikasi persuasif diantaranya, komunikator, pesan, saluran, penerima.
Salah satu fenomena yang saat
ini bisa dinikmati sehari-hari adalah merebaknya aktivitas dakwah. Aktivitas
dakwah kini tidak lagi hanya dapat dijumpai di tempat-tempat “konvensional“
seperti, masjid, pesantren, dan majlis taklim, tetapi dapat pula dijumpai di
hotel, rumah sakit, perusahaan, radio, televisi bahkan internet. Namun,
fenomena paradoks pun sering kita jumpai dan tak kalah menyentaknya, seperti
maraknya tindakan kekerasan, kerusuhan sosial, pornoaksi, pornografi, korupsi,
dan sebagainya.
Ø DAFTAR PUSTAKA :
Proses Penjadwalan SCFS,SJF,RR
Diposting oleh
ujang
Langganan:
Postingan (Atom)